Senin, 26 November 2012

Peranan softskill terhadap profesi akuntan public



NAMA       : NIKE APRIANTI
KELAS      : 3EB10
NPM           : 24210978

Peranan softskill terhadap profesi akuntan public

Saat ini, penggunaan sistem informasi akuntansi berbasis komputer oleh organisasi bisnis dan banyak organisasi lainya meningkat pesat. Penggunaan aplikasi akuntansi berbasis komputer juga mempunyai dampak yang cukup signifikan bagi profesi akuntan. Kompleksitas masalah-masalah dalam lingkungan Pemrosesan Data Elektronik mendorong auditor untuk mengembangkan prosedur dan teknik untuk mengendalikan dan memeriksa sistem akuntansi berbasis komputer yang lebih rumit. Trus auditnya gimana ya?
Komputerisasi atau penggunaan sistem akuntansi berbasis komputer untuk menggantikan sistem manual, secara otomatis akan mengurangi atau bahkan meninggalkan dokumen-dokumen konvensional (hardcopy) yang bersifat verifiable evidence dan mengarah ke paperless office. Dokumen atau hardcopy bukan lagi menjadi bagian utama untuk tujuan pencatatan. Dokumen-dokumen tersebut digantikan dengan sinyal kode binarydigit dalam bahasa komputer yang intangible.
ImagePerubahan yang fundamental akibat kemajuan teknologi juga menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan, baik tindak kecurangan maupun kelalaian, dalam bentuk yang sama sekali baru. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan terhadap segala bentuk kesalahan oleh komputer dan pengamanan terhadap sistem informasi berbasis komputer tersebut. Hal ini, konsekuensinya, berdampak pada peningkatan kebutuhan pemeriksaan akuntan di lingkungan Pemrosesan Data Elektronik.




Mengapa perlu Audit Sistem Informasi ?
Munculnya berbagai jenis komputer kecil PC yang menggantikan jenis komputer mainframe dan harga komputer komputer yang relatif terjangkau dengan kemampuan teknologi yang memadai (bahkan lebih handal) telah membantu perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasi bisnisnya. Saat ini komputer telah hampir ada di setiap kantor dan menjadi sebuah peralatan penting.

Semenjak komputer menjadi alat utama dalam pemrosesan data dan penyediaan informasi untuk berbagai keputusan, maka sangat perlu bagi pengguna sistem informasi berbasis komputer untuk mengendalikan pemakaian sistem pengolah data berbasis komputer tersebut secara lebih baik.

Alasan utama untuk sebuah manajemen sistem informasi yang efektif adalah:

1. Ketergantungan terhadap Sistem Informasi

Meningkatnya ketergantungan kepada sistem informasi dan prasarana pendukung sistem informasi itu sendiri sebagai akibat penggunaan informasi dalam aktivitas bisnis sehari-hari. Sistem informasi telah menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan setiap kegiatan dalam organisasi bisnis. Organisasi bisnis menjadi sangat tergantung kepada sistem informasi, tanpa bantuan sebuah sistem informasi perusahaan tidak dapat beroperasi lagi dan dapat melumpuhkan seluruh kegiatannya.
Perusaahaan retail kecil seperti Indomart, Alfamart dan sejenisnya telah menggunakan sebuah sistem informasi berbasis komputer. Bayangkan saja apa yang akan terjadi jika sistem informasi yang ada di perusahaan retail besar seperti Makro, Giant atau Carefour macet, maka hampir seluruh kegiatan penjualan di tempat tersebut akan terganggu.
2. Skala dan Biaya untuk investasi Sistem Informasi.
Skala investasi dan biaya yang telah diinvestasikan pada saat ini maupun mendatang kepada sebuah sistem informasi sangatlah besar. Berapa investasi yang ditanamkan oleh perusahaan-perusahan seperti PT. Telkom, PT. Semen Gresik atau investasi yang ditanamkan dalam industri perbankan seperti Bank BNI, Bank BCA dan sebagainya? Sebagai contoh Investasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum dalam Teknologi Informasi guna membantu Pemilihan Umum tahun 2004 ini hampir mencapai Rp. 300 Milyar. Sehingga sebuah sistem informasi sangatlah perlu dikelola dengan baik.
3. Sistem Informasi sebagai pendukung (enabler) pencapaian strategi dan tujuan organisasi.
Dampak potensial dari perkembangan teknologi informasi yang mengubah secara dramatis praktek-praktek organisasi dan bisnis yang ada saat ini, serta adanya kemungkinan menciptakan peluang-peluang baru dan untuk pengurangan biaya karena penggunaan teknologi informasi.
4. Ancaman terhadap Sistem Informasi
Meningkatnya kerentanan dan luasnya spektrum ancaman terhadap sistem informasi, seperti cyber threats, hackers dan perang informasi (information war)
Dampak Komputer dalam Audit
Pada saat komputer pertama kali digunakan, banyak auditor mempunyai pemikiran bahwa proses audit akan harus banyak mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan penggunaan teknologi komputer. Ada dua utama yang harus diperhatikan dalam audit atas pemrosesan data elektronik, yaitu pengumpulan bukti (evidence collection) dan evaluasi bukti (evidence evaluation)
Proses Pengumpulan Bukti
Proses keandalan pengumpulan bukti dalam sebuah sistem yang terkomputerisasi seringkali akan lebih kompleks daripada sebuah sistem manual. Karena auditor akan berhadapan dengan keberadaan sebuah pengendalian internal yang kompleks karena teknologi yang melekat dan sangat berbeda dengan pengendalian sistem manual.
Sebagai contoh dalam sebuah proses ‘update‘ data memerlukan seperangkat pengendalian yang memang berbeda karena kondisi alamiah yang melekatinya. Atau dalam proses pengembangan sebuah sistem, maka diperlukan pengendalian lewat berbagai ‘testing program’ yang mungkin tidak ditemui dalam sistem manual. Untuk itu auditor harus mampu memahami pengendaliannya untuk dapat memperoleh keandalan sebuah bukti yang kompeten.
Namun malangnya, memahami pengendalian dalam sebuah sistem yang berbasis teknologi sangatlah tidak mudah. Perangkat keras maupun lunak terus berkembang secara cepat seiring perkembangan teknologi. Sehingga selalu ada kesenjangan waktu antara teknologi yang dipelajari oleh auditor dengan perkembangan teknologi yang cepat.
Sebagai contoh, dengan meningkatnya penggunaan transmisi komunikasi data, maka auditor paling tidak juga harus memahami prinsip-prinsip kriptografi (penyandian) dalam sebuah jaringan yang terintegrasi.

Evaluasi Bukti
Bukti audit dalam sistem informasi akuntansi berbasis komputer seringkali berupa angka-angka digital, dan kadangkalan sulit dalam penelusurannya karena tidak berbentuk fisik seperti di lingkungan manual.


Teknik Audit berbantuan Komputer
Sesuai dengan perkembangan zaman perkembangan terjadi beberapa perubahan – perubahan terhadap teknik audit sehingga muncul suatu istilah Teknik Audit Berbantuan Komputer ( TABK ) atau Computer Assisted Audit Techniques (CAATs) ini sesuai dengan PSA No. 59. Tujuan PSAs ini di buat adalah apabila auditor mempertimbangkan teknik – teknik yang menggunakan komputer sebagai suatu alat audit.

Beberapa manfaat TABK adalah sebagai berikut :
1.      Tidak adanya dokumen masukan atau tidak adanya jejak audit (audit trail ) dapat mengharuskan auditor menggunakan TABK dalam penerapan pengujian dan pengendalian subtantif
2.      Efektivitas dan efisiensi prosedur audit dapat meningkat dengan penggunaan TABK

Terdapat beberapa tipe dari TABK adalah sebagai berikut :
a. Perangkat Lunak Audit
Perangkat lunak audit terdiri dari program komputer yang digunakan oleh auditor, sebagai bagian prosedur auditnya, untuk mengolah data audit yang signifikan dari sistem akuntansi entitas.

b. Data Uji
Teknik data uji digunakan dalam pelaksanaan prosedur audit dengan cara memasukkan data dalam sistem komputer entitas, dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang telah ditentukan sebelumnya.

Pertimbangan dalam Penggunaan TABK
Ketika merencanakan suatu proses audit, auditor perlu mempertimbangkan suatu kombinasi semestinya teknik audit secara manual dan teknik audit secara berbantuan komputer, dalam penggunaan TABK faktor – faktor ini harus dipertimbangkan :
1.      Pengehtahuan, keahlian dan pengalaman komputer yang dimiliki oleh auditor
2.      Tersedianya TABK dan fasilitas komputer yang sesuai
3.      Ketidakpraktisan pengujian manual
4.      Efektivitas dan efisiensi
5.      Saat pelaksanaan

Dua tipe IT auditor

Dalam sebuah tulisan (priandoyo 2006) bahwa Dikantor akuntan publik (KAP) ada dua tipe IT auditor, jenis yang pertama adalah IT auditor yang berlatar belakang akuntasi dan jenis yang kedua umumnya berlatar belakang teknik atau komputer. Ada perbedaan mendasar diantara kedua tipe ini, yang sangat mempengaruhi cara kerja dan pandangan mereka kedepan.

Tipe I: Accounting type
Dengan background accounting tentunya auditor ini sangat paham mengenai istilah OTC (order to cash), PTP (purchase to pay) dan term financial statement yang lain. Tipe ini lebih menguasai seputar ERP package seperti SAP ataupun Oracle Finance dan kontrol-kontrol didalamnya. Auditor ini umumnya kurang tertarik dengan masalah security apalagi dilevel OS dan DB. Namun penguasaan tentang ERP dan controlnya hampir dipastikan lebih berkualitas dibandingkan jenis yang lain

Tipe II: Computer Science
Background CS tentunya membuat auditor tipe ini memiliki penalaran logika yang lebih baik, dilengkapi dengan keterampilan pemrograman, db, dan system administration. Auditor tipe ini umumnya lebih tertarik dalam membahas masalah security dilevel OS dan DB.

Yang menjadi pertanyaan tipe yang mana yang lebih baik? tipe pertama atau yang kedua? Menurut saya kalau pertanyaan ini diajukan dalam wilayah KAP tentunya tipe accounting adalah tipe yang paling baik. Ini tentunya didukung dengan core/inti business KAP adalah di bidang audit/akuntasi sehingga IT auditor dengan tipe ini akan lebih mudah beradaptasi dan tentunya menikmati pekerjaannya dengan baik.
Sedangkan tipe CS tentunya membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk mempelajari proses akuntasi berikut termin-termin yang sama sekali baru. Hal-hal ini menyebabkan beberapa IT auditor tipe CS kurang menikmati bekerja di KAP.
Namun bila pertanyaan ini diajukan pada kelanjutan karir IT auditor kedepan. Maka auditor tipe CS tentunya akan lebih beruntung dibandingkan dengan auditor tipe Accounting. Penjelasannya adalah pada struktur IT auditor disebuah perusahaan. IT auditor bisa ditempatkan dalam banyak posisi dalam divisi IT, IT auditor dengan tipe CS bisa ditempatkan pada departement planning, quality control, hingga security. Sedangkan tipe accounting kemungkinan besar ditempatkan pada divisi audit yang merupakan kepanjangan dari manajemen. Dengan kata lain pilihan karir bagi tipe CS jauh lebih besar dan terbuka tipe accounting.
Namun dalam prakteknya dilapangan ternyata jauh lebih bervariasi karena disesuaikan dengan visi perusahaan itu sendiri. Sebuah kasus di perusahaan telekomunikasi nasional di tanah air, IT auditor diambil dari orang-orang IT yang kemudian mendapat training untuk menjadi IT auditor, sementara di tempat lain IT auditor justru diambil dari security expert di konsultan untuk security yang tidak memiliki background penuh di audit IT.
Jadi kalau boleh mengambil kesimpulan tipe yang terbaik sangat tergantung pada individu yang bersangkutan, bagaimana ia membawa dan mengarahkan dirinya dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar.

Akuntan dan Soft-skills
Untuk menjadi akuntan, saat ini tidak hanya diperlukan kemampuan teknis klerikal saja. Berkembangnya organisasi bisnis membutuhkan akuntan yang tidak hanya mempunyai kemampuan 'hard-skills' namun kemampuan 'soft-skills' juga menjadi penting.
Dalam beberapa kasus yang pernah di ceritakan kepada saya, ada 3 lulusan jurusan akuntansi mendatangi suatu perusahaan, mereka sedang dalam proses rekrutmen pada sebuah perusahaan. Mereka masing-masing diharuskan presentasi tentang anggaran, modal kerja dan analisa arus kas. Duh, kasihan juga, karena mereka tidak tahu bagaimana membuat presentasi yang baik. Mulai dari membuat bahan slide powerpoint sampai membuat apa yang harus dipresentasikan.
Sebagai pengajar, ini juga kesalahan proses pendidikan yang kurang juga memberikan soft-skills di kelas (mungkin banyak dosen sendiri soft-skills nya juga kurang, mungkin termasuk saya sendiri hehehe).
Dari risetnya Intitute of Management Accountant memang sudah lama telah terjadi pergeseran bahwa akuntan sekarang ini nggak hanya duduk dibelakang meja saja, tetapi lebih kepada 'business partner' dan 'internal consultant' dan hal ini akan harus banyak mempunyai kemampuan soft-skills yang memadai.
Berikut ini ada 24 jenis soft-skills yang paling tidak harus dimiliki oleh seorang akuntan ( Sasongko Budi 2007 ). Antara lain :

1. Oral/spoken communication skills: Both one-on-one and in groups (e.g., presentations)
2. Written communication skills: Both printed and online written work, including reports, letters and email.
3. Teamwork/collaboration skills: Working with others to accomplish tasks
4. Self-motivation/initiative: Doing things without needing to be told or persuaded
5. Work ethic/dependability: dependability: Being thorough and accurate so olleagues can count on you.
6. Critical thinking: Challenging things when appropriate and proposing alternatives to consider.
7. Risk-taking skil: Taking a considered chance on something new, different or unknown
8. Flexibility/adaptability: Going with the flow and adjusting with unforeseen circumstances.
9. Leadership skills: Guiding and supporting others in order to accomplish something.
10. Interpersonal skills: Relating with other people and communicating with them in everyday interactions.
11. Working under pressure: Handling the stress that accompanies deadlines and other limitations or constraints.
12. Questioning skills: Asking questions in order to learn or clarify something.
13. Creativity: Having the imagination to come up with new or off-the-beaten-path ideas.
14. Influencing skills: Persuading others to think about or adopt a different point of view.
15. Research skills: Gathering information in order to study or answer questions.
16. Organization skills: Being organized and methodical, especially in work-related situations.
17. Problem-solving skills: Analyzing the potential causes of a problem and coming up with a solution.
18. Multicultural skills: Understanding and relating to people who are different from you, perhaps by using a second language.
19. Computer skills: Using basic word-processing, spreadsheet and presentation software as well as the Internet.
20. Academic/learning skills: Learning new things quickly and thoroughly, and being willing to learn continuously.
21. Detail orientation: Making sure that even the little things are done and done correctly.
22. Quantitative skills: Compiling and using numbers to study an issue or answer a question.
23. Teaching/training skills: Showing other people how to do something in a way that allows them to learn quickly and thoroughly.
24. Time management skills: Using your time wisely and consistently staying on schedule and meeting deadlines.

Mungkin perlu juga kita merumuskan proses pembelajaran akuntansi di kelas yang mengelaborasi skills2 tersebut yang dimulai dari peningkatan kemampuan soft-skills para pengajarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar