Nama :
Nike aprianti
Kelas : 3eb10
NPM :24210978
Mobil murah VS
kemacetan di indonesia
Ternyata, beban
lalu lintas di ibukota Indonesia ini masih akan terus bertambah dengan rencana
hadirnya beberapa mobil murah berharga dibawah Rp. 100 juta on the road
Jakarta. Mungkin bagi kalangan menengah ke bawah, ini lah saatnya mempunyai
mobil pribadi yang bisa dibawa kesana-sini untuk beraktifitas dan menunjang
mobilitas. Mungkin saja, mobil murah ini akan laris manis di kalangan warga
Jakarta dengan penghasilan pas-pasan.
Sebetulnya, harga
berapapun yang ditawarkan pihak produsen akan diserap pasar konsumen Jakarta.
Mau murah atau mahal tetap ada kelas pembelinya. Artinya ya siap-siap Jakarta
menjadi lebih macet lagi kalau tidak segera dibuatkan rencana tata kota dan
tata ruang yang radikal dengan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait.
Bayangkan
harga mobil baru tak lagi ratusan juta rupiah, tapi tak lebih dari dua puluh
jutaan. Bisa jadi banyak dari kita yang turut antre membeli. Namun, bagi
Greenpeace, mobil murah bakal meramaikan lalu lintas Jakarta dan kian menambah
kemacetan yang luar biasa.
Menurutnya, hal
tersebut disebabkan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI belum juga menyelesaikan
masalah transportasi yang ada. Pemda hanya memiliki solusi dadakan dan tidak
menyeluruh. Seharusnya sebelum mobil murah itu meramaikan ibukota, sudah ada
skema penyelesaian menyeluruh terhadap masalah transportasi yang ada.
"Jika
mobil murah itu tetap masuk saat masalah belum teratasi, maka kita akan alami
kemacetan total di 2015," ujarnya.
Dalam pandangan Arif,
mobil-mobil murah itu menambah wajah kelam sektor transportasi dan turut
berkontribusi pada pencemaran udara. Mobil Tata Nano, keluaran Tata Motor dari
India yang rencananya akan masuk ke Indonesia September esok, diperkirakan
masih menggunakan bahan bakar fosil. Hal tersebut tentu saja menambah
pencemaran udara di Jakarta.
"Tidak
hanya memperburuk transportasi, juga merusak upaya mengurangi efek gas rumah
kaca di negeri ini," paparnya.
Arif berkilah, Greenpeace
tidak berpikir kalau penilaiannya ini akan mematikan industri otomotif.
Pihaknya mendukung mereka yang mengembangkan kendaraan ramah lingkungan.
Seperti yang dilakukan sebuah perusahan negara yang mencoba membuat mobil ramah
lingkungan. Tapi menurutnya, sejauh ini belum terbukti mobil itu ramah
lingkungan, karena yang dikedepankan hanya harga mobil yang murah.
Greenpeace Indonesia pun
menyatakan sangat mendukung upaya-upaya generasi muda bangsa ini yang
memperjuangkan mobil-mobil ramah lingkungan. Meskipun masih bersifat proyek
percontohan, dan belum ada rencana diproduksi massal.
"Bisa dibayangkan bila
harga mobil itu seharga sekitar dua motor bebek, maka masyarakat akan
berbondong-bondong membelinya. Maka kita akan tunggu kemacetan yang luar
biasa," imbuh Arif.
Lalu, penyelesaian seperti
agar masyarakat bisa mendapatkan transportasi masal yang baik. Memaksimalkan
busway adalah salah satu solusi. Karena awalnya busway adalah solusi yang baik
selama dijalankan dengan tepat dan sesuai dengan rencana awal.
"Jika pengelolaan dan
monitoringnya dilakukan dengan baik, maka busway bisa menjadi solusi yang
jelas. Termasuk segera memenuhi rencana penyediaan hingga 15 koridor,"
pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar