Kelas : 4EB10
Npm : 24210978
Mata Kuliah :
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam dunia
perekonomian saat ini, pengaruh perubahan kondisi sosial dan ekonomi serta
persaingan yang ketat merupakan tantangan tersendiri yang tidak mungkin dapat
dihindari oleh perusahaan. Oleh karena itu, suatu perusahaan harus mampu
mengambil langkah-langkah strategis untuk memenangkan pasar, sebab perusahaan
sebagai salah satu unit ekonomi, biasanya bertujuan mengejar keuntungan yang
maksimal dengan mengelola semua kegiatan sebaik-baiknya. Perusahaan merupakan suatu organisasi, yaitu kumpulan orang- orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Di era globalisasi dan
modernisasi saat ini telah banyak bermunculan perusahaan di berbagai bidang,
baik itu perusahaan yang dikelola pemerintah, swasta maupun pihak asing. Hal
ini menuntut suatu perusahaan agar mampu bersaing dan bertahan di pasaran.
Penilaian keberhasilan perusahaan yang hanya di tinjau dari laporan keuangan
yang disajikan setiap periode, tidak lagi sesuai dengan perkembangan usaha/ bisnis
sekarang ini. Dunia bisnis memerlukan pengukuran kinerja yang mampu menjawab
tantangan- tantangan global untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Pengukuran
kinerja ini merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian tujuan atau sasaran
yang diinginkan perusahaan sebelumnya.
Strategi yang tidak kalah penting dalam suatu perusahaan adalah
bagaimana mengelola sumber-sumber dana dari kondisi keuangan perusahaan.
Perusahaan harus bisa mengoptimalkan berapa jumlah dana yang harus didapat,
dari mana sumber dananya, dan bagaimana mengalokasikan dananya secara efektif
dan efisien. Efektif berarti dana tertanam dalam bentuk alokasi yang tepat,
sedangkan efisien berarti adanya perimbangan antara biaya dan laba. Pengelolaan
yang profesional ditunjang dengan modal yang memadai disertai dengan strategi
yang tepat merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan Perusahaan
tidak hanya diharapkan untuk mendapatkan laba saja, tapi juga dituntut
bagaimana caranya agar dapat meningkatkan efisiensi dan mampu menjaga kontinuitas dari usaha
yang dilaksanakan sehingga pencapaian tujuan perusahaan dapat lebih optimum.
Peningkatan kemakmuran memegang saham antara lain
dapat diukur dengan metode Economic Value
Added (EVA). Metode ini diperkenalkan sekitar tahun
90-an oleh Stern Stewart
& Co’s, sebuah perusahaan konsultan dari New York. Stewart & Co’s,
Kian tinggi tingkat resiko investasi, kian tinggi pula tingkat kembalian
(pendapatan) yang dituntut investor.
Kondisi
EVA yang positif menandakan tingkat kompensasi yang lebih tinggi ketimbang
tingkat biaya modal. Ini berarti manajemen mampu menciptakan peningkatan nilai
kekayaan perusahaan. Sebaliknya,
EVA
negatif menyiratkan adanya penurunan nilai kekayaan. Kian positif EVA-nya,
berarti kian bagus pula kinerja perusahaan tersebut. Artinya manajemen telah
menjalankan tugasnya dengan baik.
EVA sangat bermanfaat bagi penilai kerja dimana fokus
penilaian kinerja terletak pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan
EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya
pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian
dan meminumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan.
EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai
atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi
perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net
Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost
of Capital). Konsep EVA mampu menutupi kelemahan dari analisis rasio
keuangan sehingga kedua alat pengukur kinerja keuangan dapat membantu pihak-
pihak yang bersangkutan.
EVA
telah banyak dilakukan di berbagai perusahaan besar, seperti Coca Cola, AT
& T, Quacker Oats, Eli Lilly dan Tenneco. Gagasan munculnya EVA sangat
sederhana, yaitu perusahaan benar – benar untung dan menciptakan nilai jika labanya
melebihi biaya semua modal yang digunakan untuk membiayai operasi. EVA dianggap
sebagai pengukur kinerja yang mempunyai kemampuan lebih baik daripada pengukur
kinerja, dan indikator – indikator kinerja lainnya.
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul “PENILAIAN
KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT.
TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk PERIODE 2008 - 2012.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana
kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk untuk
periode 2008-2012 dengan metode Economic Value Added (EVA)
2. Bagaimana kondisi perusahaan tersebut setelah diukur
dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dalam kurun waktu
2008-2012?
1.3 Batasan Masalah
Penulisan ilmiah ini membatasi masalah pada
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan pendekatan EVA penelitian ini
dilakukan dalam kurun waktu 2008 – 2012 menggunakan data laporan keuangan
neraca dan laba rugi. Pengukur kinerja keuangan yang digunakan adalah metode
EVA ( Economic Value Added ).
1.4 TUJUAN
PENELITIAN
1.
Untuk mengetahui
komdisi kinerja keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan metode
Economic Value Added (EVA).
2.
Untuk mengetahui
kondisi perusahaan setelah diukur dengan menggunakan metode Economic Value
Added (EVA)
1.5 MANFAAT
PENELITIAN
1.
Bagi Perusahaan
Memberikan
masukan kepada pihak perusahaan khususnya perusahaan manufaktur mengenai penerapan
Economic Value Added (EVA) sebagai alat pengukuran kinerja suatu perusahaan.
2.
Bagi Penulis
Diharapkan
hasil penelitian ini dapat menambah serta memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat
dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya yang khususnya berhubungan dengan
pengukuran kinerja perusahaan.
3.
Bagi Peneliti
Lain
Sebagai referensi atau bahan acuan untuk mengembangkan penelitian lain,
terutama penelitian yang berhubungan dengan pengaruh alat pengukur kinerja terhadap
perusahaan.
1.6 METODOLOGI
PENELITIAN
1.6.1. Objek
Penelitian
Objek penelitian
ini adalah PT. Telkom Indonesia, Tbk periode 2008 - 2012 Yang berkantor pusat
di Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52, Jakarta Selatan, Indonesia .
1.6.2. Data/Variable
Data yang
di gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil
secara tidak langsung dengan cara mengakses melalui situs www.idx.co.id dimana data tersebut berupa
laporan keuangan PT. Telkom Indonesia, Tbk. Yaitu periode Desember 2008 2012
laporan yang di gunakan adalah Neraca Laporan Laba/ rugi.
1.6.3. Metode Pengumpulan Data/ Variable
Dalam
penulisan ilmiah ini metode pengumpulan data yang di gunakan untuk memperoleh
data ini adalah:
Ø Data sekunder
Data yang di kumpulkan oleh
penulis berasal dari sumber data
sekunder, yakni data yang telah ada atau yang telah dikumpulkan pihak lain,
dalam hal ini diperoleh melalui situs resmi http://idx.co.id
dan http://www.telkom.co.id .
Ø
Studi
Pusaka
Dalam hal ini penulis
melakukan pengumpulan data melalui beberapa referensi buku yang berhubungan
langsung maupun yang tidak langsung. Pada metode ini data-data dikumpulkan,
lalu mempelajari buku dan jurnal Economic Value Added (EVA) sehingga dapat
membantu dalam penyusunan penulisan ilmiah ini.
1.6.4. Alat Analisis yang digunakan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) untuk melakukan proses perhitungan dalam pembahasan. Berikut adalah
langkah – langkah dalam menghitung EVA:
Ø Menghitung NOPAT (Net
Operating After Tax)
Ø Menghitung Invested
Capital
Ø Menghitung tingkat modal dari hutang
Ø Menghitung Cost
Of Debt atau biaya hutang
Ø Menghitung presentase pajak penghasilan
Ø Menghitung Cost
of Equity atau biaya ekuitas
Ø Menghitung tingkat modal dari ekuitas
Ø Menghitung WACC (Weighted
Average Cost of Capital)
Ø Menghitung Capital
Charges
Ø Menghitung nilai Economic
Value Added
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB
I
: PENDAHULUAN
Pada bab
ini dibahas tentang latar belakang, Rumusan masalah, Batasan masalah, Tujuan
penelitian, Manfaat penelitian, Metodologi penelitian dan Sistematika penulisan
BAB II : Landasan Teori
Pada
bab ini dibahas tentang Kerangka teori, Kajian penelitian sejenis.
BAB III : Metode Penelitian
Pada
bab ini dibahas tentang Objek penelitian, Data/ variable, Metode pengumpulan
data, dan Alat analisa yang digunakan.
BAB IV: Hasil Penelitian &
Pembahasan
Pada
bab ini dibahas tentang Data dan profil objek penelitian, Hasil penelitian dan
analisis pembahasan, Rangkuman hasil penelitian.
BAB V : Penutup
Pada bab ini dibahas tentang Kesimpulan
dan Saran.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian
Perusahaan
Adalah suatu tempat untuk melakukan kegiatan
proses produksi barang
atau jasa. Hal ini disebabkan
karena
kebutuhan manusia tidak bisa digunakan secara
langsung dan harus melewati
sebuah proses di
suatu tempat, sehingga inti dari
perusahaan ialah tempat melakukan proses sampai bisa langsung digunakan oleh manusia. Untuk menghasilkan
barang siap konsumsi,
perusahaan memerlukan bahan
– bahan dan faktor pendukung
lainnya,
seperti bahan baku, bahan
pembantu,
peralatan dan tenaga kerja.
Untuk
memperoleh bahan baku dan
bahan
pembantu serta tenaga kerja
dikeluarkan
sejumlah biaya yang disebut
biaya produksi. Hasil
dari kegiatan produksi adalah
barang atau jasa, barang atau
jasa
inilah yang akan dijual untuk
memperoleh
kembali biaya yang dikeluarkan.
Jika hasil penjualan barang
atau jasa lebih besar dari biaya
yang
dikeluarkan maka perusahaan
tersebut
memperoleh keuntungan dan
sebalik
jika hasil jumlah hasil penjualan
barang
atau jasa lebih kecil dari jumlah
biaya
yang dikeluarkan maka perusaahaan
tersebut akan mengalami kerugian.
Dengan demikian dalam menghasilkan
barang perusahaan menggabungkan
beberapa faktor produksi
untuk mencapi tujuan yaitu keuntungan. Perusahaan merupakan kesatuan teknis yang bertujuan
menghasilkan barang
atau jasa. Perusahaan juga
disebut
tempat berlangsungnya proses
produksi
yang menggabungkan faktor –
faktor
produksi untuk menghasilkan
barang
dan jasa. Perusahaan merupakan
alat dari badan usaha untuk
mencapai
tujuan yaitu mencari. keuntungan.
Orang atau lembaga yang melakukan
usaha pada perusahaan disebut
pengusaha, para pengusaha
berusaha
dibidang usaha yang beragam.
Secara umum perusahaan ( business )
adalah suatu
organisasi di mana
sumber daya ( input ), seperti
bahan baku dan tenaga kerja diproses
untuk
menghasilkan barang dan jasa ( output ) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan
secara umum
ialah laba/keuntungan. Laba ( profit )adalah selisih antara jumlah yang
diterima dari pelanggan
atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk
membeli sumber
daya alam dalam menghasilkan barang
atau
jasa tersebut.
Jenis-Jenis Organisasi Perusahaan Umumnya, terdapat empat bentuk perusahaan yang berbeda , yakni :
a) Perusahaan Perseorangan dimiliki oleh perorangan
b) Persekutuan ( partnership ) dimiliki
dua atau
lebih individu
c
) Korporasi ( corporation) dibentuk sebagai suatu badan hukum terpisah
d)
Perusahaan dengan Kewajiban Terbatas
(
Limited Liability Corporation
) Menggabungkan
karakteristik persekutuan dan
korporasi Ketiga jenis perusahaan
( manufaktur , dagang dan
jasa
) dapat berbentuk perseorangan,
persekutuan, korporasi maupun
campuran .
Strategi Bisnis Serangkaian rencana dan
tindakan terintegrasi yang
didesain bagi perusahaan sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan melebihi pesaingnya sekaligus
memaksimalkan laba. Dua strategi
dasar yang biasanya digunakan oleh
perusahaan
adalah strategi biaya rendah ( low -
cost
strategy ) dan strategi diferensiasi
(
differentiation-strategy ) .
2.1.2 PengertianKinerja
Keuangan
Pengertian
kinerja (performance) menurut Drucker
(2002:134) adalah tingkat prestasi atau
hasil nyata yang dicapai kadang-kadang dipergunakan untuk mencapai diperoleh
suatu hasil positif. Kinerja juga didefinisikan sebagai keberhasilan personel
dalam mewujudkan sasaran strategik di empat persfektif; keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan
pertumbuhannya (Mulyadi, 2007:363) Dari
pengertian di atas maka dapat terlihat bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil
keputusan-keputusan manajemen untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara
efektif dan efisien.
Beberapa
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh penelitian pihak lain yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan yang berkaitan permasalahan penelitian. Economic
Value Added (EVA) merupakan topik yang sering
digunakan dalam penelitian. Dalam berbagai
literatur EVA memiliki beragam
definisi.
Pendekatan Economic Value Added (EVA)
pertama kali dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika
Serikat, Stewart & Co pada pertengahan 1990-an. Eva merupakan ukuran
kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dan biaya untuk memperoleh nilai
tambah (Mamduh Hanafi, 2011 : 52). Menurut Brigham (2009: 68) EVA adalah nilai
yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun
tertentu. Sedangkan pengertian EVA menurut Ni Luh Putu (2010:97) EVA adalah
ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari
aktifitas atau strategi perusahaan.
Rumus dasar EVA adalah laba operasi setelah
pajak dikurangi dengan biaya modal setelah pajak. EVA menunjukkan sisa laba
setelah semua biaya modal termasuk modal ekuitas dikurangkan. EVA merupakan
tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari modal yang telah
ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA
merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax
atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost Of Capital). Konsep EVA adalah
mengukur nilai tambah dengan cara mengurangi NOPAT dengan biaya modal (cost
of capital) yang timbul akibat investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Untuk mendapatkan hasil EVA pada suatu perusahaan diperlukan beberapa komponen
dalam perhitungannya.
Pendekatan yang lebih baru
dalam penilaian saham adalah dengan mengihitung Eonomic Value Added (EVA) suatu
perusahaan. EVA merupakan salah satu ukuran kinerja operasional yang
dikembangkan pertama kali oleh G. Bannet Stewart dan Joel M. Strem seorang
analisis keuangan dari perusahaan sten stewart & Co pada tahun 1993. Di
indonesia metode Economic Value Added ( EVA ) dikenal dengan sebutan metode
nilai tambah ekonomi. Strem Economic Value Added (EVA) tersebut berpijak dari konsep biaya modal, Biaya Modal ( Cost Of Capital ) merupakan biaya yang harus dikeluarkan
atau di bayar oleh perusahaan untuk mendapatkan modal yang digunkan untuk
investasi perusahaan. Konsep Economic Value Added ( EVA ) lebih memiliki
keterkaitan dengan nilai perusahaan.
Menurut
iramani & Febrian (2005), EVA adalah metode mnajemen keuangan untuk
mengukur aba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan
hanya dapat tercipta manakalah perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi
dan biaya modal. Menurut Warsono (2001: 46), EVA adalah perbedaan antara laba
setelah pajak dengan biaya modalnya. EVA merupakan suatu estimasi laba estimasi
laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Menurut
tandelilin (2001:195), EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam
meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa
jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang
diberikan), maka akan tercemin pada peningkatan harga saham perusahaan.
Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan keuntungan operasional stelah pajak,
dikurangi biaya modal yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan
memperhatikan secara adil harapan – harapan para pemegang saham dan kreditur.
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir
(2000:31) adalah sebagai berikut:
Ø Untuk mengetahui tingkat likuiditas,
yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus
segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat
ditagih.
Ø Untuk mengetahui tingkat solvabilitas,
yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun
jangka panjang.
Ø mengetahui tingkat rentabilitas atau
profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
Ø Untuk mengetahui tingkat stabilitas
usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang
diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga
atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada
waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang
saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
Menurut Munawir
(2000:31) “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan.
Dengan melihat
laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan merupakan
hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan.
2.1.3 Economic
Value Added
A. Pengertian EVA
Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah
metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari
kegiatannya selama periode tertentu. Prinsip EVA adalah memberikan penilaian
yang baik terhadap kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena
EVA berhubungan langsung dengan nilai
pasar suatu perusahaan.
Istilah EVA pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service
yang merupakan perusahaan konsultan dari Amerika Serikat. Stren Steward menghitung EVA sebagai laba operasi setelah pajak ( after
tax operating income ) yang dikurangi dengan total biaya modal.
Stern Steward melakukan
beberapa penyesuaian terhadap laba operasi setelah pajak yang disusun menurut
Standar Akuntansi Keuangan. Menurut mereka penyesuaian perlu dilakukan untuk
menghilangkan kemungkinan distorsi yang ditimbulkan oleh Standar Akuntansi
Keuangan. Penyesuaian yang dilakukan adalah dengan menambahakan cadangan –
cadangan ekuitas ekivalen ( equity equivalent reserves ) ke modal serta
menambahakan beban periodik dari cadangan – cadangan tersebut ke laba operasi
setelah pajak. Contoh dari cadangan ekuitas ekivalen ini antara lain seperti
cadangan piutang tak tertagih, amortisasi kumulatif dari goodwill, dan
aktiva tak berwujud yang dikapitalisasikan ( misalnya pengeluaran untuk
penelitian dan pengembangan ).
Modal berasal dari dua
sumber dana yaitu hutang dan ekuitas. Kompensasi yang diterima oleh pemilik
ekuitas adalah dalam bentuk dividen dan capital gain. Besarnya tingkat biaya
modal ditentukan berdasarkan rata – rata tertimbang dari tingkat bunga setelah
pajak dan tingkat biaya modal atas ekuitas, sesuai dengan proporsi hutang dan
ekuitas pada struktur modal perusahaan. Beban bunga atas hutang
tercermin di dalam Laporan Rugi-Laba sedangkan biaya modal atas ekuitas tidak
diperhitungkan di dalam laporan tersebut. Diperhitungkannya biaya modal atas
ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibanding pendekatan akuntansi
tradisional di dalam mengukur kinerja perusahaan.
Walaupun
terdapat berbagai versi, secara konseptual perhitungan EVA adalah sama, yaitu
dengan mengukur biaya modal dari lana.
Menurut Young dan O’Byrne (2001:17),
pengertian EVA adalah didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis, yang
menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi
biaya operasional dan modal. Dalam arti sempit ini, EVA benar-benar hanya
merupakan cara alternatif untuk menilai kinerja perusahaan.
Ide dasar dari Eva adalah pengemasan
ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang
pernah ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori
keuntungan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses
oleh manejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau
tidak pernah memikirkan nya. EVA membantu para manejer untuk lebih memahami
tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan. EVA tidak
memerlukan adanya sesuatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri
dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of
capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan
pendekatan EVA dibandingkan pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur
kinerja perusahaan.
Economic value added (EVA) atau disebut
juga dengan nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang
dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan
adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan
pemegang saham). Economic value added (EVA) adalah keuntungan operasi setelah
pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba.
Laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai ( value )
didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan
yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut.
Berdasarkan pendapat - pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian economic value added (EVA) adalah keuntungan
operasi setelah pajak, dikurangi biaya modal yang yang di gunakan untuk menilai
kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan- harapan para
pemegang saham dan krditur. Economic value added (EVA) merupakan merupakan
perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat
perhitungan economic value added (EVA) lain dengan perhitungan analisis rasio
keuangan lainya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan menggunakan
pendekatan economic value added (EVA) di libatkannya biaya modal operasi
setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan
konvensional.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan
nilai economic value added (EVA) akan naik terus menerus, karena economic value
added (EVA) adalah tolak ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (
return of capital ). Ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai economic value
added (EVA) perusahaan yaitu:
1)
Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal.
2) Menurangi pemakaian
modal.
3)
Melakukan investasi pada proyek- proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu
perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat
analisis kecenderungan dengan tahin-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih
menekankan pada seberapa besar laba yang dihasilkan setelah dikurangi dengan
biaya modal rata-rata tertimbang.
Metode Economic Value Added
(EVA) sebagai alat ukur kinerja perusahaan konsep Economic Value Added (EVA) ini tidaklah
dimaksudkan untuk mengganti laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan
ini hanyalah alat analisis yang digunakan sebagai tambahan informasi keuangan
yang sangat berguna bagi pihak kreditur dan penyediaan dana dalam menentukan
hubungannya dengan perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan
dengan metode economic value added (EVA) seringkali digunakan untuk
pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna didalam pengambilan keputusan-keputusan
strategi.
EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam
pengukuran laba suatu perusahaan harus adil dengan mempertimbangkan
harapan-harapan setiap penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Young dan
O’Bryne (2001:32) memformulasikan EVA sebagai berikut:
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa EVA merupakan sisa laba setelah penyedia modal memberikan kompensasi
sesuai tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua biaya modal yang
digunakan untuk menghasilkan laba. Laba yang dimaksud disini adalah Net
Operating Profit After Tax (NOPAT). Biaya modal adalah biaya bunga pinjaman
dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung secara
rata-rata tertimbang ( Weighted Average Cost of Capital = WACC).
Economic Value Added merupakan sebuah ukuran laba ekonomis yang dapat
ditentukan dari selisih antara Laba Bersih Operasional Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax) dengan
biaya Modal. Biaya modal ini ditentukan melalui biaya rata-rata tertimbang dari
Hutang dan Ekuitas (Weighted Average Cost
of Debt and Equity Capital – “WACC") dan jumlah dari modal yang
digunakan (http://www.sternstewart.com/).
Menurut
Amin Widjaya Tunggal (2008:1), Economic
Value Added (EVA) adalah suatu system manajemen keuangan untuk mengukur
laba ekonomi keuangan dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan
hanya dapat tercpta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost)dan biaya modal (cost of capital).
Berdasarkan
pendapat – pendapat tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Economic Value Added (EVA) meupakan
keuntungan operasional seteah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan – harapan
para pemegang saham dan kreditur.
Dan
perhitungan EVA, manajemen dapat menilai aktivitas perusahaan mana yang
memberikan nilai tambah maupun yang tisak memberikan nilai tambah sehingga
perusahaan dapat mengambil keputusan untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak
memeberikan nilai tambah.
EVA
yang positif menunjukan bahwa perushaan berhasil menciptakan nilai (create
value) bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan. Sebaliknya EVA yang negative menandakan nilai perusahaan berkurang
sebagai akibat penurunan dari tingkat pengembalian investasi.
b. Manfaat EVA
Manfaat
dari penerapan EVA antara lain terdapat
beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan alam menggunakan EVA sebagai
alat ukur dan nilai tambah perusahaan. Menurut Iramani dana febrian (2005),
manfaat EVA adaah sebagai berikut:
1.
EVA merupakan
suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan
ukuran – ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahan sejenis
atau menganalisis kecenderungan (trend).
2.
Hasil
perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan untuk menginvestasikan
dengan biaya modal yang rendah.
c. Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)
1.
Keunggulan EVA
Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA sebagai penilai kinerja perusahaan mempunyai keunggulan yaitu: EVA
dapat digunakan sebagai penciptaan
nilai (value creation). Ada
keunggulan EVA yang lain adalah:
1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan
beban sebagai konsekuensi investasi.
2. EVA
merupakan alat perusahaan dalam
mengukur
harapan yang dilihat dari segi
ekonomis
dalam pengukurannya, yaitu dengan
memperhatikan
harapan penyandang dana secara
adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur
modal yang
ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3. Perhitungan
EVA dapat dipergunakan secara
mandiri
tanpa memerlukan data pembanding
seperti
standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4. Konsep
EVA dapat digunakan sebagai dasar
penilaian
pemberian bonus pada karyawan
terutama
pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan
stakeholders satisfaction concepts.
5. Pengaplikasian
EVA yang mudah menunjukan
bahwa
konsep tersebut merupakan ukuran
praktis,
mudah dihitung dan mudah digunakan
sehingga
merupakan salah satu bahan
pertimbangan
dalam mempercepat pengambilan
keputusan
bisnis.
Walaupun terdapat kelemahan, EVA tetap
berguna untuk dijadikan acuan. Mengingat EVA memberikan pertimbangan atas
harapan investor terhadap investasi mereka. Pengambilan dari suatu investasi
baru akan berarti apabila besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal
yang dikeluarkan untuk mewujudkan investasi tersebut.
d. Strategi Meningkatkan EVA
Menurut Amrullah yang dikutip oleh
Sofiarini (2004: 14) ada beberapa strategi untuk meningkatkan EVA:
1) Strategi
penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (Profitable Growth).
Hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek
dengan tingkat pengembalian tinggi.
2) Strategi
penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi dalam hal ini menaikkan
keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal.
3) Strategi
penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak
menjanjikan (rationalize and exit unrewording business).Hal ini berarti menarik
modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan
tingkat pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan
hasil.
Elemen-elemen
yang Digunakan dalam Perhitungan EVA
Net operating Profit
After Tax
Net operating Profit After Tax (NOPAT) jika diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia adalah keuntungan bersih operasi setelah pajak. Namun
pengertian NOPAT yang lebih tepat adalah laba bersih yang telah disesuaikan
sehingga laba tersebut tidak memperhitungkan biaya bunga lagi.
Tujuan menghilangkan komponen biaya
bunga tersebut agar biaya bunga yang tergolong biaya modal dapat diperhitungkan
secara rata-rata tertimbang dengan biaya modal lain, yaitu biaya ekuitas. NOPAT
dapat diperoleh dengan menjumlahkan laba bersih setelah pajak dengan biaya
bunga.
Invested
capital
Modal yang diinvestasikan (invested capital) merupakan jumlah modal yang digunakan perusahaan
untuk melakukan investasi, dimana sumber dana investasi berasal dari hutang
jangka panjang dan ekuitas. Invested
capital merupakan jumlah investasi dalam bentuk asset yang berhubungan
dengan kegiatan atau aktivitas operasional perusahaan. Invested capital adalah
investasi perusahaan dalam bentuk kas, modal kerja, dan aktiva tidak lancar.
Kebutuhan Modal Kerja
Ketika
menghitung EVA, harus mempertimbangkan kebutuhan modal kerja (Working
capital requirement) dari perusahaan. Modal kerja adalah investasi
perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat
berharga), piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan modal kerja bersih
merupakan aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Beberapa contoh dari hutang
lancar adalah hutang bank, kertas-kertas berharga, hutang dagang, hutang upah
dan pajak. Kebutuhan modal kerja dapat dikatakan sebagai investasi bersih dari
perusahaan dalam siklus operasi.
Cost
of Capital atau Biaya
Modal (COC)
Cost of Capital atau biaya modal memiliki dua makna,
tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity cost (biaya pengorbanan)
dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. Sedangkan dari sudut
pandang perusahaan, cost of capital
adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang
dibutuhkan.
Untuk praktisi keuangan, istilah cost of capital ini digunakan sebagai:
Ø Discount
rate (suku bunga diskonto)
untuk membawa cash flow (Aliran kas)
pada masa mendatang suatu project ke nilai sekarang
Ø Tarif minimum yang diinginkan untuk
menerima projeck baru
Ø Biaya modal dalam perhitungan EVA
Ø Benchmark (pengukuran dalam bidang
statistik)
Untuk menaksir
tarif biaya pada modal yang digunakan salah satu komponen penting yang
digunakan dalam penilaian investasi, sumber pembelanjaan dan manajemen aktiva
adalah biaya modal (cost of capital).
Menurut Warsono (2003: 135), ada tiga alasan dalam penentuan biaya modal antara
lain:
Pertama, memaksimumkan nilai perusahaan mensyaratkan
bahwa semua biaya input, termasuk
modal untuk diminimumkan biaya modal harus diestimasikan.
Kedua,
keputusan penganggaran modal mensyaratkan suatu estimasi biaya modal.
Terakhir,
beberapa tipe keputusan lain, termasuk yang berhubungan dengan peraturan utilitas public, sewa guna usaha,
pendanaan kembali obligasi, kompensasi eksekutif, dan manajemen asset jangka
pendek. Pada umumnya komponen Biaya Modal (Cost
of Capital) dari Cost of Debt (biaya
hutang) dan Cost of Equity (biaya
modal sendiri).
Cost
of Debt (Biaya Hutang)
Hutang dapat
diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan
hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan
bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan
obligasi adalah tingkat pengembalian hasil yang diinginkan (required of return) yang diharapkan
investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai
obligasi. Suatu perusahaan memanfaatkan sumber pembelanjaan utang, dengan
tujuan untuk memperbesar tingkat pengembalian modal sendiri (ekuitas). Biaya
Utang dibagi menjadi dua macam yaitu:
Ø Biaya Utang sebelum Pajak (before-tax cost of debt)
Menurut Warsono
(2003: 139), besarnya biaya utang sebelum pajak dapat ditentukan dengan
menghitung besarnya tingkat hasil internal (yield
to maturity) atas arus kas obligasi, yang dinotasikan dengan kd.
Ø Biaya Utang setelah Pajak (after-tax cost of debt)
Menurut Warsono
(2003: 139), mengatakan bahwa perusahaan yang menggunakan sebagian sumber
dananya dari utang akan terkena kewajiban membayar bunga. Bunga merupakan salah
satu bentuk beban bagi perusahaan (interest
expense). Dengan adanya beban bunga ini akan menyebabkan besarnya
pembayaran pajak penghasilan menjadi berkurang. Biaya utang setelah pajak dapat
dicari dengan mengalikan biaya utang sebelum pajak dengan (1 - T), dengan T
adalah tingkat pajak marginal.
Ø Cost of Equity (Biaya
Modal Sendiri)
Biaya modal
saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan
oleh para investor. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan
biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan Capital
Aset Pricing Model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat
pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari
tingkat bunga bebas risiko dengan premi risiko pasar dikalikan dengan β (resiko
saham perusahaan).
Ø Weighted
Average Cost of Capital
(WACC)
Menurut Iramani
dan Febrian (2005), dalam praktek pembiayaan atau pendanaan yang digunakan
perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang
ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber
pembiayaan yang digunakan.
2.1.4
EVA Dan Niai Perusahaan
Hubungan antara
EVA dan nilai perusahaan dapat dijelaskan, bahwa EVA digunakan sebagai alat
untuk menilai perusahan apabila perhitungan EVA tidak hanya pada periode masa
kini, tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal ini disebabkan karena
EVA pada suatu tahun tertentu menunjukan besarnya penciptaan nilai pada tahun
tersebut, sedangkan nilai perusahaan menenjukan nilai sekarang dari total
penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut. Berdasarkan model penilaian Edwards-Bell-Ohlson,
Lee (1996) menyatakan bahwa nilai perusahaan dapat dinyatakan sebagai
penjumlahan dari total modal yang di investasikan ditambah nilai sekarang dari
total EVA perusahaan di masa datang.
Dengan demikian, EVA yang
semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, di mana penciptaan nilai
tersebut akan tercermin pada harga saham yang lebih tinggi. Sebaliknya, mungkin
saja nilai perusahaan lebih rendah dari total modal yang diinvestasikan apabila
total EVA yang dihasilkan perusahaan tersebut adalah negatif.
Kita dapat memperkirakan
apakah suatu perusahaan menghasilkan total EVA yang positif atau negatif dengan
membandingkan rasio antara nilai pasar ( market value ) perusahaan dengan nilai
total modal yang telah diinvestasikan di perusahaan. Nilai pasar mencerminkan
nilai perusahaan, sehingga perusahaan dengan nilai sekarang EVA yang positif
akan mempunyai rasio lebih dari satu, sedangkan perusahaan dengan nilai
sekarang EVA yang negatif akan memiliki rasio kurang dari satu.
Berbagai perubahaan
structural dalam perekonomian dan system pasar modal memerlukan upaya
peninjauan ulang secara terpadu. Tingkat pertumbuhan
ekonomi yang rendah dan persaingan global mengharuskan perusahaan untuk
menyesuaikan strategi perusahaannya agar dapat bekerja secara efektif dan
efesien. Umumnya perusahaan dan
investor ( pemodal ) akan berupaya untuk meningkatkan pengembalian ( return )
dari aset yang dimiliki.
Investor yang menginvestasikan dananya
pada sekuritas sangat berkepentingan terhadap keuntungan saat ini dan
keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang serta adanya stabilitas
dari keuntungan yang akan diperoleh.
Sebelum
menginvestasikan dananya, investor melakukan analisis terhadap kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Investor juga berkepentingan atas
informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan
sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan
tersebut mampu menghasilkan nilai tambah di masa mendatang dalam bentuk deviden
atau capital gain.
Harga saham suatu perusahaan
menunjukkan nilai penyertaan dalam perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham
suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kinerja perusahaan, resiko, deviden,
tingkat suku bunga, penawaran, permintaan, laju inflasi, kebijaksanaan
pemerintah, dan kondisi perekonomian. Karena perubahan faktor – faktor di atas,
harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun. Harga saham menunjukkan
nilai perusahaan di mata masyarakat Apabila harga saham suatu
perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan di mata masyarakat juga baik, begitu
juga sebaliknya, sehingga harga saham merupakan hal yang penting bagi
perusahaan. Tujuan
perusahaan adalah memaksimalkan laba, namun dalam perkembangannya sudah tidak
relevan lagi jika tujuan perusahaan adalah akan tetapi bagaimana perusahaan tersebut
memaksimalkan kekayaan dari pemegang saham. Salah satu cara pemerosesan dan
penginterpretasian informasi akuntansi yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu
laporan keuangan.
Namun demikian
parameter di atas mempunyai kelemahan, kelemahaan utama alat tersebut adalah
mengabaikan adanya unsur Cost of Capital atau
Biaya Modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah
berhasil menciptakan nilai atau tidak, sehingga dari kelemahaan tersebut maka lahirlah konsep Economic Value
Added (EVA).
Apabila perusahaan telah memilih satu
strategi tertentu,
maka strategi tersebut harus diterapkan pada rantai nilainya . Rantai nilai (
value of chain) adalah
cara yang dilakukan perusahaan untuk
memberi
nilai tambah bagi pelanggannya mulai dari proses input sampai menjadi output
darisebuah produk barang/jasa.
2.1.5 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, pengagaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Tujuan perusahaan dahulu adalah
memaksimumkan profit namun dalam perkembangan tidak hanya profit oriented.
Keuangan merupakan seni
mengelola uang yang baik untuk individu, organisasi, kelompok, perusahaan, dan
pemerintah. Manajemen keungan merupakan bagaimna cara memperoleh sumber danadan
mengalokasikan dana tersebut secara optimal dengan tujuan memaksimalkan nilai
perusahaan, dalam hal ini memakmurkan para pemegang saham.
Oleh karena itu perusahaan berusaha memaksimumkan nilai perusahaan
melalui memaksimalkan selisih antara nilai pasar dengan jumlah yang di
tambahkan oleh investor perusahaan. Tujuan lain yang ini dicapai perusahaan
adalah meningkatkan kepuasan manajer, sejahteraan karyawan dan masyarakat pada
umumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajer keungan secara aktif mengatur
masalah keuangan dari berbagai tipe bisnis, baik keungan maupun non keuangan,
swasta atau umum, besar atau kecil.
2.1.6. Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan menurut Waston dan Brigham adalah
memaksimalkan nilai perusahaan terutama memaksimalkan nilai pemegang saham.
Tetapi di balik itu ada konflik potensial antara pemilik perusahaan dengan
penyedia dana sebagai kreditur terhadap total investasi. Tugas manejer keuangan
yang paling utama adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham, dengan
memaksimalkan harga dari saham biasa perusahaan.
Definisi diatas mengarah pada tujuan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan bagi pemiliknya. Nilai perusahaan tercemin dalam harga sahamnya di
pasar modal. Jika harga saham meningkat berarti kemakmuran pemegang saham akan
meningkat, sebaliknya jika harga saham juga menurun dengan demikian harga saham
juga mencerminkan keefektifan pengambilan keputusan oleh menejer keuangan
perusahaan. Efektif dalam pembiayaan investasi tercemin dalam perolehan dana
dengan biaya minimum. Sedangkan biaya deviden yang optimal akan tersemin dengan
adanya peningkatan kemakmuran kepemilikan perusahaan.
2.1.7. Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi dan tanggung jawab setiap manajer keuangan untuk tiap organisasi
belum tentu sama, namun pada prinsipnya fungsi utama seorang manajer keuangan
meliputi pengambilan keputusan investasi (investment decision) pengambilan keputusan pembelanjaan atau
pembiyaan (financing decision) dan kebijkan devident (devident
decision).
Keputusan ini menyangkut pengalokasian dana baik dana yang berasal dari
dalam perusahaan maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai
bentuk investas, baik investasi yang bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang.
2.2 Kajian
Penelitian Sejenis
Dalam
Penelitian ini, penulis juga melakukan kajian penelitian sejenis dengan topik
yang sama terhadap penelitian ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya. Kajian
penelitian yang menjadi objek penelitian yaitu :
1. Judul :
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED
(EVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA.
Oleh :
AIRLANGGA ( 2009 )
Kesimpulan : Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan analisis dan pengujian hipotesis
tentang pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap 35 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Penelitian mempunyai keterbatasan –
leterbatasan yang dapat pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatka
hasil yang lebih. Hal ini sebabkan semakin tinggi rasio ini menunjukan bahwa
perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba
bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kineja perusahaan
semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan
kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadi perusahaan tersebut
semakin diminati investor, hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan
tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lan ROA akan
berpengarug terhadap MVA.
2. judul :ANALISIS PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN
DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. ASTRA OTOPARTS, TBK.
Oleh : SITI NURVIANI ( 2009 )
Kesimpulan : Dari hasil
penelitian analisis kinerja perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) selama periode 2008-2011 pada PT. Astra Otoparts,tbk dapat
disimpulan bahwa,kinerja perusahaan selama 4 tahun terakhir masih belum baik
karena nilai EVA yang dihasilkan masih mengalami penurunan pada tahun 2009 yang
cukup jauh dibandingkan dengan tahun yang lainnya. Nilai EVA pada tahun 2009
turun secara drastis karena biaya modal perusahaan mengalami kenaikan dari
5,80% ditahun 2008, menjadi 21,80% ditahun 2009. Hal ini disebabkan oleh price
earning ratio (PER), yang biasa di pakai para investor sebagai ukuran
kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang mengalami
penurunan yang cukup jauh dan kenakan (cost of debt) persentase biaya hutang
dari tahun sebelumya.
4. Judul :
ECONOMIC
VALUE ADDED KONSEP BARU UNTUK MENGUKUR
LABA EKONOMI
Oleh :
LILIS PUSPITAWATI (2009)
Kesimpulan : Peralihan pengukuran nilai
tambah merupakan proses yang luas dan
mahal. Hal ini dapat memakan waktu setahun bahkan lebih dalam perencanaan
keuan-gan (internal dan eksternal) dan harapan kompensasi. Disepakati bahwa
pengukuran nilai tambah ini membenarkan biaya-biaya substansi dengan
menitik-beratkan pada strategi perusahaan, yang bertujuan untuk mengoptimalkan
manfaat/benefit dalam penciptaan nilai. Dalam mengelola usaha/bisnisnya, maka
peralihan pengukuran kinerja nilai tambah harus dimulai dari komitmen yang
serius dari direktur/pimpinan dan eksekutif sen-ior. Keberhasilan dari pengukuran kinerja nilai
tambah, juga membutuhkan pemahaman yang lebih luas dan kemam-puan komunikasi
dari eksekutif, manajer lini dan karyawan. Meskipun kemungkinan membutuhkan
pelatihan dan biaya untuk mendidik setiap orang “teori yang men-dasari gagasan
akan penciptaan nilai eko-nomis”, melaksanakannya secara terstruktur, akan
menjadi cara yang sangat pro-duktif dalam jangka panjang. Disadari bahwa nilai bergantung pada persepsi
pasar modal mengenai ke-mampuan perusahaan untuk menghantarkan arus kas kepada penyedia
dana, den-gan harapan arus kas mendatang didisk-ontokan pada tingkat bunga yang
mencer-minkan apa yang diharapkan investor jika mereka memasukkan uangnya pada
peru-sahaan dengan resiko-resikonya. Untuk memastikan perusahaan berada dalam
jalur menciptakan nilai bagi pemegang saham dibutuhkan ssstem pengukuran
kinerja. Sistem ini dapat digunakan untuk memberi imbalan atas kinerja baik
(melalui bonus, kenaikan pangkat, dan pengakuan) dan juga dapat digunakan
sebagai landasan tindakan perbaikan jika kinerja di bawah standar.
Bagaimana kita memastikan bahwa sistem pengukuran kinerja sejalan dengan
cara investor menilai perusahaan?. Dis-inilah manajemen berdasarkan nilai (VBM) dan nilai tambah ekonomis
(EVA) memai-nkan peranannya. Point yang penting
bahwa, EVA ti-dak hanya dapat digunakan sebagai penilaian berpandangan ke muka,
tetapi juga siap untuk diadaptasikan kepada pengukuran kinerja dan
perluasannya, terhadap kompensasi
manajemen.
Jadi salah satu
kekuatan besar EVA adalah menjadi penghubung antara pen-gukuran kinerja dan
penilaian pasar mo-dal, membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai dan
diberikan imbalan dengan cara yang konsisten dengan teori keuangan yang dapat
dipercaya.
4. Judul :
PENGARUH ECONOMIC VALUE
ADDED DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP RETURN PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR
INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
Oleh : DITA BRAMANTI (2006)
Kesimpulan : Dari hasil analisis faktor – faktor yang mempengaruhi
return pemegang saham perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman
selama periode (2000 – 2004), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Hasil pengujian statistik secara simultan selama periode penelitian ( 2000 –
2004 ), variabel EVA, ROE, ROA dan NPM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return pemegang saham. Hasil ini ditunjukkan dengan besarnya
signifikansi F ( sign.F ) sebesar 0,082 yang berarti berada di atas tingkat
signifikansi yang telah ditetapkan ( 5 % ). Artinya, perubahan return pemegang
saham dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Hal
ini secara otomatis menolak hipotesis bahwa EVA serta profitabilitas yang diwakili
oleh ROE, ROA, dan NPM mempunyai pengaruh secara serentak terhadap return
pemegang saham.Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
kondisi sosial, politik, serta ekonomi Indonesia yang tidak stabil sehingga
mengakibatkan tingginya resiko bisnis serta ketidakpastian tingkat pendapatan
yang akan diterima oleh investor.
2. Hasil pengujian statistik secara parsial selama periode penelitian
( 2000 – 2004 ) terhadap variabel EVA, ROE, ROA, dan NPM juga tidak menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham. Hasil ini
ditunjukkan dari besarnya signifikansi masing – masing variabel ( sign.T ) yang
mempunyai angka di atas tingkat signifikansi yang telah ditetapkan ( 5 % ).
Nilai probabilitas EVA sebesar 0,269, ROE sebesar 0,197, ROA sebesar 0,590, dan
NPM sebesar 0,285, sehingga hipotesis bahwa EVA, ROE, ROA, dan NPM mempunyai
pengaruh secara parsial terhadap return pemegang saham tidak terbukti.
3. Dari hasil perhitungan menunjukkan koefisien determinasi
berganda adalah sebesar 32,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel
EVA, ROE, ROA dan NPM terhadap return saham sebesar 32,7 % dan sisanya ( 67,3 %
) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian.
4.
Dari pengujian statistik, model regresi yang digunakan layak untuk digunakan.
Pernyataan ini dapat dilihat dari hasil tiga uji asumsi klasik, di mana dalam
ketiga uji tersebut tidak terdapat gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas, sehingga model tersebut layak diterapkan.
2.3 Alat
Analisis yang digunakan
•
Penghitungan NOPAT (Net Operating After Tax)
NOPAT = Laba / Rugi
usaha - Pajak
•
Penghitungan
Invested Capital
Invested Capital = Total
Hutang + Ekuitas – Hutang jangka Pendek
• Perhitungan Tingkat Modal dari Hutang
Tingkat Modal dari Hutang (D ) = Total Hutang
Total Hutang dan ekuitas
•
Perhitungan
Biaya Hutang
Biaya Hutang (rd) = Biaya Bunga
Total Hutang
•
Perhitungan
Tingkat Modal dari Ekuitas
Tingkat Modal dari Ekuitas (E) = Total Ekuitas
Total Hutang dan
Ekuitas
•
Perhitungan Biaya
Ekuitas
Biaya Ekuitas (re) = Laba bersih
setelah pajak
Total Ekuitas
•
Perhitungan
Persentase pajak penghasilan
Tingkat Pajak (T) = Beban Pajak
Laba sebelum pajak
•
Perhitungan
WACC
WACC = {D x rd (1 – Tax)} +(E x re)
•
Perhitungan
Capital Charge
Capital Charge = Invested Capital x WACC
•
Perhitungan
EVA
EVA = NOPAT – Capital Charges
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Pada penulisan ilmiah ini penulis akan
mengambil sampel pada PT Telkom Indonesia, Tbk periode 2008 – 2012 yang
berdomisili di Jalan Jend. Gatot Subroto Kav. 52, Jakarta Selatan,
Indonesia dan head office di Jalan Japati No. 1 Bandung Jawa Barat, Indonesia.
Awal pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk (“Perusahaan”) pada mulanya merupakan bagian dari
“Post en
Telegraafdienst”, yang didirikan pada
tahun 1884 berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884 dan diumumkan dalam Berita Negara Hindia
Belanda No. 52
tanggal 3 April 1884. Pada
tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 25 tahun 1991, status Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas
milik negara (“Persero”).
Perusahaan
didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah, S.H. No. 128 tanggal 24 September 1991. Akta pendirian tersebut
telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C2-6870.HT.01.01.Th.1991 tanggal 19 November
1991 dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 5 tanggal
17 Januari 1992, Tambahan
No. 210. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa
kali diubah,
perubahan terakhir dalam rangka
penyesuaian dengan Undang
- Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 19
tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara,
dan Peraturan Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Indonesia No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan yang
Melakukan Penawaran Umum Efek
Bersifat
Ekuitasdan Perusahaan Publik serta
dalam rangka penambahan
maksud dan tujuan Perusahaan, berdasarkan akta
notaris A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 27 tanggal 15 Juli 2008 dan pemberitahuan atas
perubahan tersebut telah diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan
Surat No. AHU.46312.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 31 Juli 2008
dan telah diumumkan
dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 84
tanggal 17 Oktober 2008, Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia No.20155.
PT. Telkomunikaasi
Indonesia, Tbk pada Tahun 1975 merupakan awal
perjalanan usaha PT Infomedia
Nusantara menjadi perusahaan
pertama
penyedia layanan informasi telepon di Indonesia. Di bawah subdivisi Elnusa GTDI dari anak perusahaan
Pertamina, Infomedia telah
menerbitkan
Buku Petunjuk Telepon Telkom
Yellow
Pages. Perkembangan
yang tercatat selanjutnya adalah berdirinya PT Elnusa Yellow Pages di
tahun 1984 yang
berubah nama di tahun 1995 menjadi PT Infomedia Nusantara pada saat PT Telekomunikasi, Tbk menanamkan
investasi. Untuk mendukung implementasi
Good Coorporate Governance dalam etiap aspek kegiatan perusahaan,
Infomedia telah
mengeluarkan kebijakan pedoman tata kelola perusahaan di tahun 2008. Pada tanggal 30
Juni 2009 PT Telekomunikasi
indonesia, Tbk (Telkom) melalui PT
Multimedia Nusantara
(Metra), anak perusahaan yang 99,99% milik Telkom (selanjutnya disebut Telkom
Group) telah
menandatangani Shares Sales
& Purchase Agreement
(SPA) untuk membeli 49% saham PT Infomedia Nusantara (Infomedia) milik PT
Elnusa Tbk
(Elnusa), sehingga 100% saham PT Infomedia Nusantara telah
dimiliki oleh Telkom Group.
3.2
Data / Variabel
Data yang diambil adalah laporan
keuangan dari PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. Periode yang dimasukan dalam
penulisan ini adalah periode 2008 – 2012. Adapun datanya adalah NOPAT, Invested
Capital, tingkat modal dari hutang, Cost Of Debt atau biaya hutang, Cost Of Equity atau
biaya ekuitas, tingkat modal dari ekuitas, WACC, Capital Charges, dan nilai
Economic Value Added.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ilmiah ini metode pengumpulan
data yang digunakan untuk memperoleh data ini adalah:
1.
Data Sekunder
Data yang dikumpulkan
oleh penulis berasal dari sumber data sekunder, yakni data yang telah ada atau
yang telah dikumpulkan pihak lain, dalam hal ini diperoleh melalui situs resmi PT. Telkomunikasi Indonesia, Tbk http://www.telkom.co.id
dan http://www.idx.co.id .
2.
Studi Pusaka
Dalam hal ini penulis
melakukan pengumpulan data melalui beberapa referensi buku baik yang
berhubungan langsung maupun yang tidak langsung dengan Economic Value Added (EVA) sehingga dapat membantu dalam penyusunan
penulisan ilmiah ini.
3.4 Alat Analisis Yang Digunakan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode perhitungan EVA ( Economic Value Added ) sebagai alat analisis datanya.
Dimana EVA dipergunakan sebagai alat untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu
perusahaan yang menjelaskan bahwa kesejahteraan dan pertumbuhan suatu
perusahaan terwujudkan apabila perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (
Operating Cost ) dan biaya modal ( Cost of Capital ).
Untuk mempermudah analisis, maka
dibutuhkan langkah-langkah yang dipergunakan untuk menghitung EVA:
Mendapatkan data laporan keuangan PT. Telkom Indonesia, Tbk selama
kurun waktu 2008 hingga Desember 2012.
Dalam metode EVA, Langkah
– langkah untuk perhitungannya
adalah sebagai berikut
:
1. Perhitungan NOPAT (Net
Operating After Tax)
NOPAT = Laba ( Rugi ) usaha – Pajak
|
2. Perhitungan Invested Capital
Invested Capital = (Total Hutang + Total Ekuitas) – Hutang Jangka Pendek
3. Perhitungan Tingkat Modal dari Hutang
Hutang
Tingkat Modal (D) = —————————----- x 100%
Total Hutang dan Ekuitas
Total Hutang dan Ekuitas
4. Perhitungan Cost Of Debt
Beban
Bunga
Cost of Debt (rd) =
———————–------------ x 100 %
Total Hutang Jangka Panjang
Total Hutang Jangka Panjang
5. Tingkat Modal / Ekuitas (E)
Total Ekuitas
Tingkat Modal /Ekuitas (E) =
——————————- x 100% Total Hutang dan Total Ekuitas
6. Perhitungan Cost Of Equity (re)
|
Laba bersih setelah pajak
Cost of Equity (re) = ———————————- x 100 % Total Ekuitas |
7. Perhitungan Tingkat Pajak (Tax)
Beban pajak
Tingkat Pajak (Tax) = ———————————– x 100 % Laba Bersih sebelum pajak |
8. Perhitungan
WACC
Keterangan :
D =
Tingkat modal dari hutang
=
Cost Of Debt
T =
Presentase pajak penghasilan
=
Cost of Equity
E =
Tingkat modal dari ekuitas
9. Menghitung Capital Charges
10. Menghitung Economic Value Added (EVA)
EVA < 0 maka nilai negative. Artinya tidak
terjadi proses nilai tambah.
Dalam artian bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan tingkat
kembalian operasi yang melebihi biaya modal, dengan kata lain meskipun
perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi, akan tetapi perusahaan
sebenarnya mengalami penurunan/penghancuran nilai.
EVA > 0 Maka nilai positif.
Artinya tidak terjadi proses nilai tambah.
EVA yang positif menunjukan bahwa
perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal,
konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang
negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat penurunan dari
tingkat pengembalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar